Jumat, 18 Januari 2013

                      Pahlawan Nasional Pembela Bangsa Indonesia







PATTIMURA (Thomas Matulessi)

Lahir di Hiria,Pulau Saparua,Maluku, tahun 1783.Pada masa pemerintahan Inggris,ia masuk dinas militer dan berpangkat sersan.
Pada tahun 1816,Belanda kembali menguasai Maluku.WAktu itu,Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah utama.Van Den Berg memaksa pemuda-pemuda Maluku manjadi serdadu yang akan di kirim ke Jawa.Selain juga dipaksa kerja rodi atau kerja paksa.Akibatnya rakyat sangat menderita.Dibawah pemimpinan Pattimura,mereka melakukan  perlawanan.



TUANKU IMAM BONJOL

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 - wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864), bernama asli Muhammad Shahab atau Petto Syarif, adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda, peperangan itu dikenal dengan nama Perang Padri di tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973 .

Tuanku Imam Bonjol dilahirkan di Bonjol, Pasaman, Indonesia pada tahun 1772.Beliau kemudiannya meninggal dunia di Manado, Sulawesi pada 6 November 1864 dalam usia 92 tahun dan dimakamkan di Khusus Lotak, Minahasa.


                                                          

.Pangeran Diponegoro
 Pangeran Diponegoro lahir pada 1785. Ia putra tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811 – 1814). Ibunya, Raden Ayu Mangkarawati, keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali Sanga dari Jawa Timur.  Dalam bukunya,Dakwah Dinasti Mataram, Dalam Perang Dipnegoro, Kyai Mojo dan Perang Sabil Sentot Ali Basah, Heru Basuki menhyebutkan, bahwa saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan besar yang merusak orang kafir.
Dalam Babad Cakranegara disebutkan, adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan merelakan untuk adiknya R.M Ambyah. Latar belakangnya,  untuk menjadi Raja yang mengangkat adalah orang Belanda. Diponegoro  tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Ini merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram:  “Rakhmanudin dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya sendiri tidak ingin lebih lama menanggung dosa hidup.









PANGERAN ANTASARI

   Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Banjar, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, 1797 atau 1809 – meninggal di Bayan Begok, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Sebagai seorang pangeran, ia merasa prihatin menyaksikan kesultanan Banjar yang ricuh karena campur tangan Belanda pada kesultanan semakin besar. Gerakan-gerakan rakyat timbul di pedalaman Banjar. Pangeran Antasari diutus menyelidiki gerakan-gerakan rakyat yang sedang bergolak. 

Ia meninggal karena penyakit paru-paru dan cacar di pedalaman sungai Barito, Kalimantan Tengah. Kerangkanya dipindahkan ke Banjarmasin dan dimakamkan kembali di Taman Makam Perang Banjar Banjarmasin Utara, Banjarmasin. Perjuangan beliau dilanjutkan oleh puteranya Sultan Muhammad Seman dan mangkubumi Panembahan Muda (Pangeran Muhammad Said) serta cucunya Pangeran Perbatasari (Sultan Muda) dan Ratu Zaleha.      


       
       



KETUT GUSTI JELANTIK


Lahir : Tidak diketahui
wafat : Bale Pundak, Karang Asem 1849
Makam : Karang Asem


Pada masa itu,di bali terdapat Hukum hak Tawan Karam yaitu suatu hak bagi kerajaan yang dapat menyita dan menguasai kapal-kapal yang terdampar di sepanjang Pantai Pulau Bali. Banyak Kapal-kapal milik Belanda yang terkena hukum ini sehingga Belanda merasa amat dirugikan karena adanya hukum ini.

Tahun 1843 Belanda memaksa raja-raja di bali untuk menghapuskan hukum hak Tawan Karang. namun beberapa tahun kemudian, Raja Buleleng tetap merampas kapal milik Belanda yang karam di perairannya. Hal inilah yang memicu peperangan antara Belanda dan Kerajaan Buleleng. Peperangan ini bahkan akhirnya menyebar hingga ke seluruh Bali.

I Gusti Ketut Jelantik adalah Patih Agung kerajaan Buleleng yang amat membenci belanda. Tanggal 27 Juni 1846, Belanda menyerang Kerajaan buleleng dan berhasil menduduki Istana Buleleng. Raja Buleleng dan Patih Jelantik kemudian mundur ke Jagaraga.




TEUKU UMARTeuku Umar dilahirkan di Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1854. Ayahnya bernama Achmad Mahmud yang berasal dan keturunan Uleebalang Meulaboh. Nenek moyang Umar berasal dari keturunan Minangkabau yaitu Datuk Nachudum Sakti. Salah seorang keturunan Datuk Nachudum Sakti pernah berjasa terhadap Sultan Aceh, yang pada waktu itu terancam oleh seorang Panglima Sagi yang ingin merebut kekuasaannya. Berkat jasa Panglima keturunan Minangkabau ini Sultan Aceh terhindar dari bahaya. Berkat jasanya tersebut, orang itu kemudian diangkat menjadi Uleebalang 6 Mukim dengan gelar Teuku Nan Ranceh, yang kemudian mempunyai dua orang putra yaitu Nanta Setia dan Ahmad Mahmud. (Mardanas Safwan: 1981 : 34). Sepeninggal Teuku Nan Ranceh, Nanta Setia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Uleebalang 6 Mukim. Ia mempunyai anak perempuan bernama Cut Nyak Dhin. Ahmad Mahmud kawin dengan adik perempuan raja Meulaboh. Dalam perkawinan itu ia memperoleh dua orang anak perempuan dan empat anak laki-laki. Dari keempat anak laki-lakinya, salah satu bernama Teuku Umar. Jadi Umar dan Cut Nyak Dhien merupakan saudara sepupu dan dalam tubuh mereka mengalir darah Minangkabau, darah seorang Datuk yang merantau ke Aceh dan memasyhurkan namanya. (Hazil, 1955 : 48).